Cerpen-Don't Ask Me about my Day


Don’t Ask Me About My Day
by: Desy Kurnia Y.

                Udara pagi ini dingin menusuk tulangku. Aku baru bangun dan merasakan kedinginannnya. Aku turun dari tempat tidur dan dengan malas pergi ke kamar mandi. Aku langsung mandi dan tubuhku terasa beku. Aku cepat cepat keluar setelah selesai mandi. Aku ganti pakaian dan bersiap berangkat sekolah. sialnya, udara di luar sangat dingin. Padahal ini bukan musim hujan. Juga bukan musim angin. Aku memakai jaketku dan menunggu bus di depan rumah. Syukurlah bus cepat datang.
                Di bus pun sangat dingin. Apalagi pintu belakang bus dibuka. Ah, aku meniup tanganku agar terasa lebih hangat. Aku melihat ke jendela. Berembun. Pasti karena saking dinginnya. Aku jadi ingat waktu dulu di kelas. Aku sering melihat salah satu temanku pada saat musim hujan menuliskan namanya sendiri di kaca jendela.
-Flashback
                “Hey, Denis! Lihat hujannya udah reda.”, kataku menyapanya di jam kosong.
                “Ng?”, dia menoleh ke arahku dan kemudian menatap keluar.
                “Hey, Dennis! Apa yang kamu tulis?”, tanyaku melihat tingkah anehnya, menulis di kaca jendela.
                Dia hanya menunjuk tulisan di jendela. Mungkin dia menyuruhku membacanya sendiri.
                Dia memang seperti itu, cowo cuek. Tapi keren. Ya setidaknya menurutku. Aku membaca di kaca jendela yang dia tulis. “Dennis Key” begitu tulisannya.
-End of flashback
                Dennis Key. Memang itu namanya. Aku tidak tahu asal dia. Tapi namanya seperti orang Eropa. Apalagi dia lumayang ganteng dan jago berbahasa Inggris. Bahasa Inggrisnya fasih, sangat sempurna. Di bidang sains, dia hampir menguasai semuanya. Dia sangat jago di matematika. Menarik ya untuk seorang cowo seperti dia.
                Aku terlalu serius melamunkan Dennis. Aku harus segera bersiap siap turun dari bus. Dari pemberhentian bus, aku harus berjalan 200 meter ke sekolah. ya memang sekolahku itu agak dalam. Aku melihat teman teman yang lain berlalu lalang dengan motor mereka. Aku memperhatikan tiap motor. Aku mencari motor yang bagian belakangnya bertuliskan “Don’t ask me about my day. ~DK* “ Motor Dennis. Dengan helm bertuliskan “Key~“. Memang dasar cowo cuek, batinku.
                Kenapa aku jadi mengingatnya terus? Mungkin aku rindu padanya. Seminggu kami libur. Hhm.. kenapa aku menunggunya? Dia kan tidak pernah berangkat pagi. Ya sudah aku meneruskan jalanku. Aku menuju sekolah dengan hati senang. Aku harap aku adalah orang yang pertama menyapanya di pagi yang dingin ini.
                Sampai di kelas, aku meletakkan tasku dan berniat keluar karena kelas masih sepi. Masih ada lima orang di kelas. Mungkin aku datang terlalu pagi. Tadinya aku mau keluar tapi setelah aku melihat seseorang bertubuh tinggi tegap dengan rambut lurus pendek menghadap ke jendela kelas. Dia memasukkan kedua tangannya di kedua saku celananya. Aku melihatnya dari belakang. Kalau dilihat dari postur tubuhnya, dia Dennis Key, cowo itu. Tapi apa mungkin dia berangkat sepagi ini?
                “Good morning, Dennis.”, sapaku.
                Dia membalikkan badannya dan menghadap ke arahku. Dia memang tinggi dibanding cowo lainnya. Kulit putihnya mencolok. Cowo pony kiri dan wajah cool itu menatapku. Aku sedikit terkejut dia tiba tiba membalikkan badannya. Aku merasakan jantungku berdegup cepat sekali. aku mengatur nafasku. Menatapnya dengan penuh penantian agar dia menjawab sapaanku tadi.
                “Morning.”, dia balik menyapa dengan memberikan senyum evil padaku, seperti biasa.
                Jantungku masih belum stabil. Aku terpana melihat senyum evil dan mata birunya. Padahal ini bukan yang pertama kalinya aku melihat dia seperti ini. Tapi aku merasakan semua hal itu sedikit berbeda saat ini.
                “Pa-pagi banget datangnya?”, tanyaku masih gugup.
                “Don’t ask me about my day.”, katanya dingin sedingin udara pagi ini. Dan dia mengembangkan senyum evil nya untuk yang kedua kali.
                Aku teringat tulisan di motor Dennis. “Don’t ask me about my day” . iya iya. Aku khilaf. Aku jadi menanyakannya. Dia cuek sekali, cuek, tapi cool. Dia ikut basket di sekolah ini. Karena dia tinggi dan bertalenta, dia jadi kapten. Aku pernah melihatnya bermain basket.
-Flashback
Saat itu aku selesai mengerjakan tugas dan mengalihkan pandangan ke luar. Kelasku ada di atas, lantai dua. Guruku pun keluar kelas karena jam istirahat sudah tiba. Aku berdiri dan melihat ke lapangan basket yang berada di bawah dari jendela.
                Ada Dennis disana. Pantas dia tadi tidak ikut pelajaran. Ternyata dia ada latihan basket. Aku melihatnya dari jendela atas. Dia keren sekali. dia tampak sangat tampan mengenakan kaos tim berwarna merah itu. Aku memperhatikan ekspresinya. Dia tetap dingin. Bahkan ketika dia mencetak angka, ekspresinya tetap seperti itu. Seperti dia tak pernah bahagia. Tapi aku yakin dia itu orang baik. Meski kesannya dia kaku dan dingin.
-End of flashback
                “Reina….”, seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku setengah terkejut dan berbalik.
                “Sunny..”, sapaku riang. Dia sahabatku.
                “Pagi sekali? hey, good morning, Dennis. Have a nice day.”, sapa Sunny pada Dennis. Tapi tetap saja Dennis cuek dan masih menatap jendela. Tiba tiba dia sedikit menolehkan kepalanya.
                “Good morning , Sunny. Have a nice day.” , hanya seperti itu dan dia berbalik ke jendela.
                “Ayo, Rein.. kita ke kantin. Aku belum sarapan. Mau kan?”, Sunny mengajakku dan aku mengangguk, karena aku juga belum sarapan. Aku berjalan beriringan dengan Sunny, meninggalkan Dennis. Aku masih menatap Dennis, walau jarak kami tidak sedekat tadi. dia masih mematung memandang keluar jendela, seperti tadi. sebenarnya apa ya yang dia fikirkan? Aku ingin sekali bertanya, tapi nanti jawabannya sama, “Don’t ask me about my day” .
                Aku masih ingat waktu itu, ada seorang guru iseng menanyakan hal tentang Dennis. Tapi Dennis kemudian menatap guru itu dengan tatapan dingin dan senyum evil seperti biasanya. Dan seisi kelas terkejut mendengar jawaban Dennis. “You may explain us the next lesson. And you don’t need do other.” Wow! Kalimat yang dia ucapkan tenang sekali, bisa langsung membuat guruku itu terbelalak dan kemudian sadar. Beliau melanjutkan pelajaran. Dan Dennis selalu bersikap tidak perduli pada semua yang diterangkan guru guru. Dia hanya diam mematung. Kedua tangannya sedikit menggenggam tapi mengendur itu  berada di depan wajahnya. Tatapannya selalu tajam ke depan. Entah dia memperhatikan atau tidak, tapi aku suka dia.
                “Reina! Pesan apa?”, tanya Sunny tiba tiba.
                “Hhm.. Sama seperti kamu saja.”, jawabku.
                Ketika aku kembali ke kelas, aku tidak menemukan Dennis. Padahal biasanya dia tidak pernah turun untuk beli makan. Atau dia hanya mematung memandang langit dari balik jendela. Tanpa aku tahu apa yang dia fikirkan.
                “Fanny, Dennis mana?”, aku bertanya pada temanku yang dari tadi di kelas.
                “Aaa.. Dia ada panggilan latihan. Ini kan harinya Rabu, bukannya dia latihan mingguan ya.”, jawab temanku itu.
                “Ooh..”, aku mengangguk.
                “Fanny, aku mau kasih liat sesuatu sama kamu. Ikut aku yuk.”, kata Sunny.
                Akhirnya hanya aku sendiri di dalam kelas. Aku memandang seisi kelas. Andaikan saja cowo cowo di kelasku selalu mematuhi aturan seperti Dennis, pintar seperti Dennis, dan tidak seperti berandalan. Keluar masuk kelas seenaknya. Di kelasku cowo yang pintar hannya Dennis dan Nicole. Nicole saja juga tidak akrab dengan Dennis. Nicole selalu sendiri. begitu juga dengan Dennis. Cowo yang lain memang tidak pernah mengganggu mereka, tapi mereka juga seperti malas memperhatikan dua cowo itu.

                Aku berjalan jalan di kelas sambil melamun. Tak sengaja tanganku menjatuhkan tas hitam dengan gantungan unik. Disitu ada tulisan dan aku membacanya. “Hold me like you’ll never let me go”. Ternyata Dennis tidak sedingin yang aku kira, dia masih punya perasaan dan hati untuk ya mencintai seseorang. Tunggu! tulisan itu seperti aku pernah membacanya. Sebelumnya aku tidak sengaja membaca gelang Dennis. Tulisannya sama dengan gantungan di tas ini.
                Aku memungut tas itu tapi sesuatu terjatuh dari tas Dennis. Ada buku dengan sampul bertuliskan “When I’m falling love with your beautiful smile, I love you.” Aku geli membaca kata katanya. Untuk ukuran seorang cowo dingin seperti dia, mempunyai buku yang ia tulis sendiri dengan kata kata romantis macam ini. Hahaha.
                Aku mulai membolak balik halamannya dan membaca dari halaman pertama. Sepertinya sebuah diary. Kata katanya begitu menyentuh hati. Tentu dengan bahasa Inggris. Seperti orang sedang jatuh cinta. Aku membaca halaman pertama. Aku mengerti maksudnya. Aku menerjemahkannya pelan pelan.
                “ 2 Agustus 2011
                Ada seorang wanita cantik berteman denganku di Facebook. Aku tidak mengenalnya. Tapi setelah aku tanya, dia juga bersekolah di tempat yang sama. Namanya Krystal.”
                Aku tersenyum geli membaca kata katanya. Mungkin ini awal kisah cintanya. Jadi aku meneruskan membaca.
                “ 5 Oktober 2011
                Krystal selalu menemui aku di kelas waktu jam istirahat. Kami berteman. Baik. Aku senang aku diperhatikan seorang perempuan seperti dia. Dia baik. Aku suka dia.”
                Halaman ketiga.
                “ 8 November 2011
                Aku suka Krystal. Dia cantik, baik, pintar, menawan. Senyumnya indah. Aku jatuh cinta. Senyumnya manis sekali. Aku cinta kamu, Krystal. “
                Aku sedikit terkejut. Ternyata Dennis punya cinta. Aku masih melanjutkan membaca.
                “ 12 Januari 2012
                Aku semakin cinta dengan Krystal. Dia segalanya bagiku. Aku sangat mencintainya. Aku ingin pacaran dengannya. Tapi aku masih ragu menyatakan perasaanku. Aku takut ditolak. “
                Hahaha. Aku tertawa kecil membaca halaman ini. Dennis takut ditolak cewe bernama Krystal itu.
               


                “ 7 Februari 2012
                Akhirnya aku jadian dengan Krystal. Aku senang sekali cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku sangat mencintainya dan aku akan melindunginya sepenuh jiwaku. Aku tak akan menyakitinya. Aku berjanji aku akan slalu mencintainya sampai akhir hayatku. Semoga kita abadi, Krystal. “
                Oh, hatiku seperti tidak tenang. jantungku berdegup cepat. Dennis sudah pacaran dengan Krystal. Apa ini memperkuat keyakinanku kalau aku ini menyukai Dennis.
                “ 20 Februari 2012
                Kenapa, Krystal? Aku salah apa? Kenapa kamu memutuskan hubungan kita di tengah jalan? Aku salah apa? Aku selalu mencintai kamu. Tapi kenapa kamu meninggalkan aku? katakanlah apa salahku, Krystal.. Aku putus asa karenamu…….. “
                Tiba tiba raut wajahku menjadi sedih. Sebelumnya aku membaca kisah cinta romantis mereka dan dari sini aku melihat Dennis bukanlah seorang yang dingin, dia lembut dan penuh kasih sayang.
                “ 23 Februari 2012
                Aku tahu sekarang. Kamu telah punya orang lain. Laki laki yang memilikimu. Dan dia bukan aku. sudahlah, aku mau kamu bahagia. Karena aku mencintaimu. Meski harus sakit ku rasa, aku akan tetap mencintaimu.. Krystal.. “
                Aku melanjutkan membaca…
                “ 15 Mei 2012
                Aku rindu kamu. Aku sangat rindu kamu. Aku tidak bohong. Sampai sekarang aku tidak bisa melupakanmu. Aku sadar kamu sudah jadi milik orang lain. Baik, aku akan tetap menunggu cintamu datang kembali padaku. “
                Tak terasa aku menitikkan air mata. Aku ikut menangis membaca isi hati Dennis. Memang dia sebenarnya bukan orang yang dingin. Dia penyayang. Mungkin sikapnya yang dingin ini karena dia ditinggalkan orang yang sangat dia cinta.
                Aku membuka lembar selanjutnya. Tapi tanggalnya tidak lagi berurutan. Tiba tiba sudah di tanggal 17 Juli 2012. Mungkin dia tidak menulis lagi setelah tanggal 15 Mei 2012 lalu.
                “ 17 Juli 2012
                Aku pindah sekolah. aku belajar di sini. Jauh dari kenangan kita dulu. Semoga aku menikmatinya.          Aku tak tahu kenapa sikapku terlalu dingin. Aku selalu menatap langit di balik jendela. Ada bayangmu disana. Aku rindu kamu. Aku cinta kamu. Aku masih memegang janjiku. Aku akan terus mencintaimu. Selamanya akan seperti itu. “

                Benar dugaanku. Dennis menjadi dingin karena ditinggal oleh Krystal. Dan selama ini dia belum bisa melupakannya.
                “ 21 Agustus 2012
                Krystal.. Bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukanmu. Dan tentunya merindukan kisah kita dulu. Apa kamu masih ingat ya? Aku harap begitu.
                Krystal.. Aku punya teman disini. Salah satunya bernama Reina. Dia sangat mirip denganmu. Dia cantik, baik, pintar, dan punya senyum yang nyaris sama seperti kamu. Aku fikir aku menyukainya. Hey, Krystal.. Bolehkah aku mencintainya sebagai dirimu? Aku melihat sepenuhnya dirimu dalam diri Reina. Bolehkah, Krystal? “
                Aku tertegun membaca halaman terakhir buku itu. 21 Agustus 2012 , seperti yang tertulis di buku itu. Itu kemarin. Apa Dennis benar benar menyukaiku? Kalau Dennis tahu sebenarnya aku sangat menyukainya. Walau dia sangat dingin pada setiap orang, juga termasuk aku.
                Apa dia berangkat pagi untuk bertemu denganku? Tapi kenapa dia masih dingin padaku? Apa dia tadi menyapa dan tersenyum demi aku? untuk aku? fikiranku berkecamuk. Aku sedikit melamun sambil membuka buka buku itu. Ada yang diselipkan.
                “ Dennis Key & Krystal “
                Foto Dennis. Dan..apa itu Krystal? Dia cantik sekali. rambut lurus panjang hitam dengan pony kanan. Krystal cantik. Senyumnya memang manis. Matanya bulat dan indah. Sangat sempurna.
                Dennis di foto itu juga sangat tampan. Dia pakai kemeja. Sangat keren. Mereka sama sama tersenyum. Aku melihat mereka mengenakan gelang. Warna dan bentuknya sama. Ah! Itu gelang yang selama ini dipakai Dennis. “Hold me like you’ll never let me go”. Persis! Ya! Itu gelang couple Dennis dan Krystal. Romantis sekali.
               
                Pintu kelas terbuka. Dennis setengah berlari ke kelas dengan nafas sedikit tersengal. Kedatangannya membuatku terkejut. Aku buru buru menyembunyikan buku Dennis di belakang punggungngku. Tapi sia sia. Dennis mengetahuinya. Dia menghampiriku.
                “What’s that? Let me see!”, kata Dennis.
                “Wha-What???”, aku gugup.
                “Kemarikan bukuku!” , pinta Dennis. Dia berkata bahasa Indonesia!
                “Ka-Kamu bisa bicara Indonesia?”, aku sedikit terkejut.
                “Kemarikan!”, dia mengambil buku di belakang punggungku dengan paksa.
                “Dennis, I-I’m sorry. I’ m so sorry.”, aku berusaha minta maaf padanya.
                “Maaf? Buat apa? Sudah. Duduk sini.”, dia berkata bahasa Indonesia dan mendudukkanku di kursi. Di berdiri di depanku.
                “De-Dennis.. Ma-maaf…”, aku merasa bersalah sekali.
                “Dengar! Kamu sudah baca isi buku ini ya? Berani sekali..”, kata Dennis masih dingin.
                “A-aku tidak sengaja menjatuhkan tasmu, buku itu jatuh dan…”, belum sempat aku menyelesaikan penjelasanku, Dennis buru buru menutup mulutku dengan jari telunjuknya.
                “Kamu kan sudah baca, kamu juga sudah lihat foto itu. Jadi.. Kamu sudah tahu perasaanku kan?”, Dennis berbicara masih dalam Indonesia yang sangat fasih.
                “I don’t have so many time. I want you…always beside me…forever..” , kata katanya mantap. Romantis sekali. dia sudah terlihat tidak dingin lagi. dia tersenyum. Manis. Bukan evil smile yang biasanya dia berikan.
                “But, I’m not Krystal..the person who you love so.. I can’t beside you, because in your heart, there is only Krystal..”, aku menegaskan kata kataku.
                “No! You can! You can do it! Reina, you’re my Krystal now!” , kata Dennis mantap tanpa ragu.dia bukan Dennis yang kukenal dingin. Dia sangat berbeda dengan Dennis selama ini. Apa..aku yang bisa mencairkan hatinya?
                “You’re my love now.. You’re my Krystal.. My love..” , kata Dennis meyakinkan sekali lagi. dia sedikit membungkuk dan mendekatkan badannya ke arah ku. Dan..dia mencium keningku. Penuh kasih.
                “I love you, Dennis..”, tak sengaja aku katakan ini padanya.
                “..too..”, Dennis tersenyum.
                Aku jadi miliknya sejak hari ini. Dennis. Orang yang kukenal dingin itu. Membuka hatinya. Kepadaku. Sekarang aku tidak perlu lagi takut bertanya tanya padanya. Seakan kalimat “Don’t ask me about my day” sudah hilang. Kalimat yang jadi penghalangku itu.
                Dennis sudah tidak dingin lagi. dia ramah. Dia banyak tersenyum, dan senyumnya sangat manis. Seperti yang aku tahu di buku hariannya. Aku senang. Aku harap aku bisa menjadi Krystal bagi Dennis. Aku harap aku bisa disisi Dennis selamanya. Aku harap cinta kami bisa abadi. I love you, Dennis…. J

Comments

Popular posts from this blog

Malap Maniru : Tarian Perayaan Kematian Kaharingan

Traffic Problem

Sore Itu